Data intelijen AS dari dalam Ekuador dipergunakan untuk merencanakan dan mengeksekusi sebuah pengeboman tahun 2008 oleh pasukan Kolombia yang menewaskan seorang kepala gerilyawan Pasukan Bersenjata Revolusioner Kolombia (FARC) di dalam wilayah Ekuador.
Laporan setebal 130 halaman yang disiapkan oleh pemerintah Ekuador tersebut menyebutkan bahwa pasukan AS yang kala itu berbasis di kota Manta di kawasan Pasifik telah membantu pasukan Kolombia untuk menarget Raul Reyes, komandan nomor dua FARC.
Pengeboman pada bulan Maret tahun 2008 tersebut dilancarkan di wilayah perbatasan Ekuador yang bernama Angostura. Hal itu memicu krisis diplomatik di kawasan tersebut. Ekuador dan Kolombia baru saja merajut kembali hubungan diplomatik yang diputuskan oleh Ekuador setelah penyerbuan tersebut.
Kala itu, Washington memiliki pangkalan militer di Manta, sebelah utara Ekuador, dalam sebuah kesepakatan yang memungkinkan AS untk melakukan misi anti obat-obatan terlarang di kawasan tersebut.
Sejak saat itu, Ekuador menghentikan kerjasama Manta dengan AS. Washington kemudian mengalihkan perjanjian dengan Kolombia pada bulan Oktober lalu, memungkinkan pasukan AS untuk melancarkan operasi pemberantasan obat-obatan terlarang dari tujuh pangkalan militer yang tersebar di wilayah Kolombia.
"Data intelijen strategis tersebut diproses di pangkalan militer di Manta adalah hal yang fundamental dalam melacak Raul Reyes sebagai target utama," demikian kata laporan tersebut. "Kesepakatan Manta, yang awalnya ditujukan untuk mengendalikan peredaran obat-obatan terlarang, telah disalahgunakan oleh AS.
Sejumlah pemerintahan kiri Amerika Latin mengungkapkan keberatan terhadap pakta baru AS-Kolombia. Pemimpin Venezuela, Hugo Chavez, mengatakan bahwa penempatan militer AS di pangkalan Kolombia merupakan langkah awal invasi AS terhadap negaranya.
"Kami mengecam keras pakta peperangan antara pemerintahan Uribe dan Obama," kata Chavez dalam komentarnya yang ditayangkan oleh televisi pemerintah. "Kesepakatan tersebut dalam kesepakatan perang, sebuah pakta setan, dan mereka juga membohongi rakyat."
Untuk kedua kalinya dalam satu minggu, Chavez menyerukan kepada militer negaranya dan juga kelompok milisi Venezuela untuk bersiap siaga menghadapi perang untuk melindungi kedaulatan Venezuela terhadap ancaman yang diberikan oleh pasukan AS melalui tanah Kolombia.
"Saya tidak menyerukan sebuah peperangan. Pihak yang telebih dahulu memprovokasi untuk melakukan perang adalah militer kekaisaran AS. Sudah menjadi tugas saya untuk menyerukan kepada segenap rakyat Venezuela untuk bersiap berjuang dan mempertahankan tanah tumpah darahnya," kata Chavez seperti dikutip oleh Dpa.
Kolombia dan AS menandatangani pakta tersebut pada penghujung bulan Oktober. Kesepakatan tersebut memungkinkan AS untuk menempatkan personel militer dengan jumlah maksimum 800 orang, ditambah dengan 600 orang kontraktor di Kolombia. Sebelum kesepakatan tersebut diraih, sudah ada sekitar 71 hingga 210 orang personel militer AS di Kolombia.
Chavez menyatakan bahwa AS akan mempergunakan teknologi yang dipasang di pangkalan-pangkalan tersebut untuk menyerang target-target strategis di Venezuela.
Washington dan Bogota menampik tudingan tersebut, keduanya mengatakan bahwa kesepakatan tersebut hanya ditujukan untuk memerangi perdagangan kokain dan juga kelompok-kelompok kriminal di Kolombia. FARC, yang dicap sebagai organisasi teroris oleh Washington, memperoleh danna operasional dari perdagangan narkoba dan pemerasan.
"Sudah terbukti bahwa kesepakatan Manta dipergunakan untuk tujuan-tujuan berbeda," bunyi laporan tersebut. "Hal-hal yang dicakup adalah obat-obatan terlarang, migrasi dan penyediaan dukungan informasi dan logistik untuk strategi-strategi militer, dalam hal ini ditujukan terhadap pergerakan beresenjata ilegal di Kolombia."
Kolombia, sekutu utama Washington di kawasan Amerika Latin, telah sejak lama menuding negara-negara tetangganya, Venezuela dan Ekuador, tidak melakukan cukup upaya untuk membantunya dalam memerangi FARC. Pada hari Rabu, Kolombia melancarkan protes karena para pemberontak dipuji-puji dalam sebuah forum di Caracas.
Dalam konferensi yang dihadiri kelompok-kelompok kiri tersebut, sebuah pesan video dari komandan FARC, Alfonso Cano. Masih belum jelas apakah para pejabat pemerintahan Chavez menghadiri atau mendukung ajang tersebut. (SMcom)