Pada hari Selasa, 13 Mei lalu Kantor Berita Rusia Ria Novosti dengan bersandarkan pada ucapan Massimo Panizza, Jurubicara Komite Militer NATO yang menyatakan bahwa kesepakatan di bidang pengukuhan dan perluasan kerjasama bersama Moskow dan NATO akan segera ditandatangani. Kesepakatan ini hasil dari enam ribu kata kunci dan butir-butir terkait kerjasama politik dan militer kedua pihak yang ditandatangani oleh Kepala Gabungan Militer Rusia, Nicolay Makarov dan Admiral Giampaolo Di Paola, Ketua Komite Militer NATO. Ini merupakan titik perubahan baru dalam hubungan NATO-Rusia yang telah dimulai sejak Januari tahun ini.
Satu dari kesepakatan pertama Rusia dan NATO adalah untuk pertama kalinya armada kapal perang Rusia yang berada di Laut Hitam diperbolehkan ikut dalam manuver internasional NATO di tahun 2011. Sekaitan dengan hal ini, unit khusus kapal penyelamat Rusia di Laut Hitam telah bertolak ke Spanyol pada 10 Mei untuk mengikuti manuver internasional tim penyelamat NATO. Langkah ini telah mencairkan kebekuan yang terjadi selama ini antara negara-negara anggota NATO dan Rusia. Namun kemajuan hubungan ini kembali menemui jalan buntu ketika di akhir pertemuan Dewan Rusia-NATO di Brussel, Di Paola mengkonfirmasikan masih adanya masalah yang dalam perundingan Rusia dan negara-negara anggota NATO. Masalah lama terkait penempatan sistem perisai rudal di Eropa. Karena penempatan sistem pertahanan ini tanpa mengindahkan pandangan Moskow bahkan merugikan kemampuan pertahanan dan keamanan Rusia.
Sementara para pejabat Amerika masih saja mencari-cari alasan untuk memberikan jaminan kepada Moskow terkait sistem perisai rudal. Hal ini menyisakan friksi yang dalam antara Rusia dan NATO. Mencermati kenyataan ini, yang menjadi pertanyaan adalah apa tujuan di balik upaya Rusia untuk tetap melakukan perundingan dengan NATO?
Terlebih lagi NATO pada hakikatnya merupakan ancaman bagi Rusia, bahkan pasca Perang Dingin. Perluasan NATO ke timur dan kawasan yang menjadi "halaman belakang" Rusia identik dengan meluasnya ancaman keamanan bagi Moskow. Bila menelisik doktrin militer Rusia tahun 2010, masalah yang dihadapi Moskow menjadi jelas mengingat penempatan perisai rudal dan perluasan NATO merupakan ancaman keamanan dan militer bagi Rusia.
Semakin dekatnya sikap Rusia dan NATO di sejumlah bidang seperti yang ditunjukkan dalam perundingan Brussel membuktikan sebagian negara anggota organisasi pertahanan ini punya masalah keamanan baru. Selain Cina, Korea Utara dan Belarusia yang menjadi sekutu Rusia, Republik Islam Iran lewat sejumlah ancaman keamanan bersama berada bersama Rusia. Guna menarik perhatian Moskow, Barat tidak kekurangan akal dengan mendefisinikan bahaya baru dari Tehran dan Pyongyang, bukan Moskow. Rusia juga disebutkan tidak ingin menalikan nasib ancaman keamanannya dengan negara-negara seperti Iran dan Korea Utara. Namun jelas bahwa keberadaan musuh bersama membuat negara-negara ini berusaha mencegah pengaruh NATO dan Amerika ke Timur.(irib)