Presiden Republik Islam Iran Mahmoud Ahmadinejad dalam konferensi pers pada hari Senin,mengatakan Amerika Serikat memimpin upaya untuk mengambil bagian dari Yordania ke Tepi Barat, menambahkan bahwa langkah tersebut diduga dimaksudkan untuk melindungi keamanan zionis Israel.
Berbicara dalam sebuah konferensi pers di Teheran pada hari Senin, Ahmadinejad mengklaim konflik terbaru di dunia Arab pada akhirnya akan menyebabkan runtuhnya Israel, mengatakan: "Konflik terakhir akan tidak memberikan kesempatan bagi rezim Zionis Israel untuk bertahan hidup karena semua negara yang terlibat menentang penjajahan di Palestina."
Dia menambahkan bahwa negara-negara Arab harus berhati-hati untuk tidak bergantung pada Amerika Serikat dan sekutunya, "karena tujuan utama mereka adalah untuk menyelamatkan" Israel.
Kemudian pada hari Senin, Ahmadinejad seperti yang dikutip oleh kantor berita Iran Mehr mengatakan bahwa Barat merencanakan untuk bergerak untuk membagi Yordania, dan mengarahkannya untuk menyelamatkan "rezim Zionis dari penghancuran dan memberitahu dunia bahwa sebuah negara Palestina merdeka telah dibentuk"
Namun, Presiden Iran menambahkan, "upaya ini tidak akan menyelamatkan Israel dari kepunahan."
Ahmadinejad juga menyebutkan militer Barat melakukan intervensi di Libya. IRNA mengutip Ahmadinejad yang mengatakan bahwa "NATO dan Amerika Serikat membuat kebodohan besar dengan menyerang Libya karena dengan demikian mereka telah menyebabkan ketidakamanan ke perbatasan mereka sendiri."
"Tapi bagaimana mereka bisa yakin bahwa rasa tidak aman itu tidak akan menembus ke daerah-daerah di dalam wilayah mereka?," tanya Presiden Iran, menambahkan bahwa orang-orang di Timur Tengah "tidak akan menggelar karpet merah di bawah kaki mereka hanya karena mereka telah menjatuhkan pemerintah Libya yang telah terlibat dalam invasi militer di negara itu dan bahkan memasuki wilayah orang yang memiliki catatan panjang pertempuran berat melawan penjajah."
Dengan cepat sebuah negara Timur Tengah baru tanpa Israel dan AS akan muncul dan bangsa-bangsa Arab harus menyadari bahwa "AS adalah teman yang paling tidak setia yang mereka miliki," kata Ahmadinejad.
Dalam pernyataan pada hari Minggu, Gulf Cooperation Council menuduh Iran ikut campur tangan dalam urusan internal di Teluk. Ahmadinejad menangkis keras hal tersebut dan mengatakan bahwa pernyataan itu tidak memiliki nilai hukum, serta mengklaim bahwa itu dikeluarkan karena tekanan Amerika Serikat. Dalam beberapa negara-negara Teluk, seperti Bahrain, sebuah kerajaan minoritas Sunni yang memerintah mayoritas Syiah.
"AS ingin merusak hubungan kami dengan negara-negara Teluk, tapi kita katakan pada negara-negara ini bahwa menuduh Iran tidak akan menyelesaikan masalah mereka dan bahwa kita masih terbuka untuk persahabatan," katanya.
Dia menolak kekerasan yang digunakan terhadap pengunjuk rasa dan mengutuk campur tangan militer di negara-negara tersebut.
Dalam wawancara yang sama, Ahmadinejad juga menyatakan bahwa pemberontakan populer saat bergolak dunia Arab telah menggagalkan makar yang ditetaskan oleh Amerika Serikat.
Dia mengatakan bahwa Iran akan menyambut era baru hubungan diplomatik dengan Kairo setelah tiga dekade sengketa politik. Akan tetapi, Mesir tidak boleh mengatur prasyarat dalam hal ini, ia menambahkan.
Ahmadinejad juga mengatakan bahwa Presiden AS Barack Obama akan meninggalkan kantor dengan cara yang lebih memalukan dari pendahulunya, George W. Bush.
Meskipun slogan mereka berbeda, mereka melakukan kebijakan serupa, katanya.
Obama berkuasa dengan slogan perubahan, tetapi menjadi jelas bahwa dengan 'perubahan' para pejabat Washington dimaksudkan untuk mengubah semuanya agar bermanfaat bagimereka sendiri.
Namun, pendekatan standar ganda yang diadopsi oleh pejabat AS telah membuka kedok mereka, presiden berkomentar.
Presiden Ahmadinejad juga mengatakan bahwa Amerika Serikat sedang mencari jalan untuk "membajak" revolusi di Timur Tengah dan Afrika Utara.
"Setiap orang harus tetap waspada karena mereka (AS) mencari untuk membajak pemberontakan populer dengan tujuan melayani kepentingan kapitalis," ujar Ahmadinejad.(SMcom)