Seorang pengamat ekonomi Rusia berpendapat bahwa kemiskinan, pengangguran, dan jurang kesenjangan antara kaya dan miskin di Mesir, merupakan faktor-faktor penting dalam memantik ketidakpuasan rakyat negara ini.
Kantor berita Fars melaporkan, Georgi Mirski, pengamat senior Lembaga Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Akademi Sains Rusia dalam menganalisa kondisi Mesir mengatakan, "Di negara ini (Mesir), banyak orang yang berpendapatan rendah hidup di kota-kota besar, juga banyak yang tidak memiliki pekerjaan sesuai, menyaksikan vila-vila mentereng dan mobil-mobil mewah, mereka inilah yang memantik ledakan kemarahan."
Mesir Sudah Cukup Sabar
Lebih lanjut dijelaskannya, "Pembahasan faktor-faktor ekonomi yang menyebabkan munculnya kebangkitan rakyat Mesir cukup pelik dan rumit. Kondisi ekonomi masyarakat Mesir sangat perlu diperhatikan dan penting. Separuh dari populasi negara ini hidup dengan pendapatan kurang dari dua dolar sehari. Sulit sekali untuk membayangkan ketabahan rakyat menghadapi kondisi tersebut."
"Sebenarnya masalah ini sudah lama terjadi dan bukan hal baru. Bisa jadi masalah kemiskinan tidak menjadi problema selama beberapa waktu, akan tetapi pada akhirnya ia mendadak muncul seperti kanker ganas," ungkap Mirski.
Menurutnya, kemiskinan hanya salah satu ketidakpuasan awal, namun dengan terus meningkatnya harga komoditi, maka ketidakpuasan juga ikut meningkat. Adapun faktor lainnya adalah tingkat pengangguran para pemuda berpendidikan di Mesir. Hal ini menurut MIrski merupakan faktor yang sangat berbahaya."
"Coba bayangkan, masing-masing keluarga menguras semua uang yang dimiliki untuk membiayai pendikan mereka. Namun setelah lulus, anak-anak yang akan menjadi tumpuan keluarga itu tidak mendapatkan pekerjaan. Jelas kondisi ini akan sangat menyulitkan para pemuda dan juga keluarga mereka."
Faktor Terpenting
Pakar ekonomi Rusia ini menandaskan, "Namun faktor terpenting di antara dua faktor di atas adalah meluasnya korupsi di Mesir. Ini juga bukan masalah baru, namun pada akhirnya kesabaran masyarakat juga akan habis."
Krisis suap dan korupsi di Mesir merupakan akibat dari kebijakan rezim berkuasa. Rezim Hosni Mubarak tidak membolehkan para penentangnya untuk terlibat di kancah politik negara ini. Tidak terjadi reformasi di dalam negeri sementara jurang kesenjangan sosial terus melebar. Masalah ini telah membuat rakyat Mesir lelah dan jera. Selama 30 tahun mereka menyalakan televisi, mereka hanya melihat satu wajah dan mendengar satu seruan. (IRIB)