23 Dec 2010

Kita dan Protokol Zion: Industri Euphoria

Image


Demam sepakbola sedang melanda negeri ini, bukan karena perhelatan akbar World Cup, melainkan karena timnas yang tengah menunjukkan kejayaannya di Piala AFF 2010 ini. Bagaimana tidak? Dari pertandingan pertama hingga semifinal leg II, timnas Indonesia mencatatkan rekor selalu menang menghadapi negara-negara Asia Tenggara lainnya setelah sekian lama kebangkitannya dinanti para pecinta sepakbola.


Tidak cukup hanya mengelu-elukan serunya pertandingan, tetapi segala aspek hingga kehidupan para pemain yang jadi bintang pun menjadi pusat perhatian. Melengkapi euphoria yang dirasakan hampir seluruh lapisan masyarakat di penjuru negeri. Atmosfer kemenangan dan euphoria para pendukung semakin menjadi ketika setiap hari media massa iku menerpa masyarakat dengan pemberitaan-pemberitaan seputar timnas dan AFF. Selera masyarakat pun bergeser sesuai dengan irama permainan. Timnas tengah dipuja dan dijadikan tumpuan harapan bangsa Indonesia.


Di sisi lain, denyut ekonomi masyarakat pun naik karena dampak kecenderungan pecinta sepakbola pada timnas. Mulai dari pedagang souvenir merah putih kecil-kecilan, hingga bisnis software handphone mendapat 'berkah' dari banyaknya fans timnas.


Pernahkah kita sadari, pola-pola euforia seperti ini begitu akrab dengan masyarakat kita? Marilah kita menamakannya industri euforia (ingat, bukan euforia industri..!). Industri ini dapat dikaitkan dengan industri hiburan. Di mana terjadi pada permulaannya adalah melalui media massa dan media interaktif (internet). Terpaan pesan melalui media yang kontinyu, dilakukan secara berkesinambungan dan dalam jumlah yang banyak, menjadikan pesan tersebut kemudian lekat di benak masyarakat. Ketika pesan tersebut mulai menjadi trend dan diperbincangkan secara umum, muncul tindakan dari mereka untuk menanggapi pesan tersebut. Di sini mulai berlaku bahwa pendapat umum adalah benar, dan pendapat minoritas adalah aneh (terlebih bila si minoritas ini adalah 'orang biasa'). Menjadi sehatkah tindakan massa tersebut?


Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001) euforia adalah perasaan nyaman atau perasaan gembira yg berlebihan. Sedangkan definisi lain yang dalam Wikipedia versi bahasa Inggris :



Euphoria is medically recognized as a mental and emotional state defined as a profound sense of well-being. Technically, euphoria is an effect, but the term is often colloquially used to define emotion as an intense state of transcendent happiness combined with an overwhelming sense of contentment. Euphoria is generally considered to be an exaggerated physical and psychological state, sometimes induced by the use of psychoactive drugs and not typically achieved during the normal course of human experience.


Ketika segelintir orang menuju sebuah opini, maka yang lain pun terbawa kepada opini umum tersebut. Inilah yang kemudian mengalihkan perhatian seseorang kepada sesuatu yang ‘penting’ dalam versi umum, bukan penting menurut dirinya. Pola yang sama kita temui dalam kehidupan sehari-hari seperti pada tren musik (misal : demam Korean Pop), kehidupan pribadi selebriti yang mencuat ke publik, tradisi dan gaya hidup idola (yang cenderung pada paham permisivisme), dunia perfilman Indonesia, tren ajang pencarian bakat, dan seterusnya.


Pola itu berjalan seolah menjadikan pasar atau target sebagai komoditas yang mampu ‘diatur’ sedemikian rupa sebagai aset industri euforia ini. Mengapa begitu mudah? Mari kita ingat sesuatu yang paling manusiawi dalam diri kita, hawa nafsu. Hawa nafsu manusia yang cenderung pada kesenangan dan juga cenderung kepada keburukan. QS. Yusuf 12:53



Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.


Celah inilah yang menjadi kelemahan kita sebagai manusia dan menjadikannya mudah dikendalikan.


Apakah menurut Anda tulisan ini berlebihan?? Sayangnya, inilah fakta yang terjadi. Aktivitas manusia, perubahan gaya hidup, kebiasaan-kebiasaan serta caranya menyikapi sesuatu tidak terjadi begitu saja. Mungkin sebagian dari kita menyangka bahwa apa yang terjadi di sekeliling, merupakan kejadian yang mengalir begitu saja. Sebagian lagi dari kita prihatin melihat semakin banyak manusia meninggalkan akal sehatnya (fans berat seorang selebriti atau idola), melakukan tindakan yang tidak penting (mencermati gosip-gosip artis), atau membiasakan kebiasaan-kebiasaan yang mestinya tidak dilakukan seorang yang mengaku beradab (freesex, pornografi dan pornoaksi). Mungkin pernyataan ini dapat juga menjelaskan kepada Anda.


Protokol Zion Bab 13


Kita harus berusaha agar opini umum tidak mengetahui permasalahan sebenarnya. Kita harus menghambat segala yang mengetengahkan buah pikiran yang benar. Hal itu bisa dilakukan dengan memuat berita lain yang menarik di surat kabar. Agen-agen kita yang menangani sektor penerbitan akan mampu mengumpulkan berita semacam itu. Pandangan masyarakat harus kita alihkan kepada hiburan (dunia entertaiment, pen), seni dan olah raga.


Kita tentu pernah mengenal The Protocols of Zion. Terdapat banyak versi The Protocols of Zion dalam berbagai bahasa, di antaranya versi yang ditulis :


1. Prof Serge Nylus diterjemahkan kedalam bhs inggris oleh Mardsen, berisi 24 pasal. Yang sering juga disebut The Protocols of the Elders Zion
2. Rothschild, berisi 25 pasal
3. Doc Marquis, 33 pasal.


Pernyataan di atas baru sebagian dari sekian kalimat yang tercantum dalam The Protocols. Masih asingkah bagi kita setelah melihat kenyataan yang terjadi di kanan, kiri, muka, belakang diri kita? Sebuah dalil yang mudah kita pahami setelah membaca tulisan di atas. QS. Al-An’am 6:116,


Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).


Bukannya meminta Anda anti pada timnas, hanya semestinya kita masih bisa mengendalikan diri untuk tidak menjadi korban karena euforia. Perlu diingat juga jika kecenderungan berlebihan pada timnas, bias membangkitkan nasionalisme. Dan akan lebih parah bila di saat yang sama kita tidak bangga dengan identitas kita sebagai seorang muslim. Jika demikian yang terjadi, artinya The Protocols telah berhasil diterapkan.


Anda hanya harus memilih ‘menjadi pelajaran’ atau ‘mengambil pelajaran’.


****


Referensi tambahan :


* http://www.pendidikan.net/bahasa21.html#words
* http://en.wikipedia.org/wiki/Euphoria


Sumber: Kita dan Protokol Zion: Industri Euphoria

Artikel Terkait

- Reviewer: Asih - ItemReviewed: Kita dan Protokol Zion: Industri Euphoria Deskripsi: Demam sepakbola sedang melanda negeri ini, bukan karena perhelatan akbar World Cup, melainkan karena timnas yang tengah menunjukkan kejayaan... Rating: 4.5
◄ Newer Post Older Post ►