30 Jan 2010

Putra Presiden Pertama Georgia Adalah Mata-Mata Rusia?













TBILISI (SuaraMedia News) – Otoritas Georgia menuding putra kedua dari presiden pertama Georgia, Zviad Gamsakhurdia, dengan tuduhan mata-mata. Tsotne Gamsakhurdia, nama sang putra mantan presiden, telah ditangkap sejak akhir bulan Oktober 2009.

Penangkapan tersebut awalnya dilakukan karena tuduhan melukai orang lain, yakni tetangga Tsotne sendiri, David Badzhelidze.


Ia ditangkap karena terkait dengan penembakan terhadap David Badzhelidze di ibu kota Tbilisi. Badzhelidze dilarikan ke rumah sakit setelah tembakan tersebut mengoyak perutnya.


Tsotne Gamsakhurdia menampik semua tudingan yang diarahkan kepadanya. Ia mengklaim bahwa semuanya adalah rekayasa dari aparat keamanan Georgia.


Gamsakhurdia sebelumnya pernah ditahan pada bulan September 2008 atas tuduhan spionase untuk Rusia dan keterlibatan dalam konspirasi untuk menggulingkan pemerintah menyusul pembubaran unjuk rasa di Tbilisi pada bulan November 2007. Namun ia kemudian dibebaskan dengan uang jaminan.



Ayahnya, Zviad Gamsakhurdia, menjadi presiden Georgia sebelum keruntuhan Uni Soviet. Ia meninggal secara misterius pada tahun 1993 dalam usia 54 tahun, beberapa saat setelah dirinya digulingkan oleh mantan menteri luar negeri Uni Soviet, Eduard Shevardnadze, setelah terjadi perang sipil di negara tersebut.


Sementara itu, dalam pengambilan suara di parlemen Georgia bulan Oktober tahun lalu, diputuskan mengenai pembentukan sebuah komisi untuk menyelidiki dugaan pembunuhan terhadap presiden pertama Georgia.


Dengan hasil 78 suara berbanding satu, parlemen Georgia memutuskan untuk menghidupkan kembali proses investigasi terhadap kematian Gamsakhurdia. Masih belum jelas cara penyelidikan terhadap kejadian yang sudah berlalu 15 tahun, khususnya karena presiden pertama Georgia tersebut terus mendapat sorotan setelah kematiannya.


Zviad Gamsakhurdia adalah seorang mantan pembangkang dan aktivis hak asasi manusia di masa kekuasaan Uni Soviet yang diasingkan dalam keputusan sebuah persidangan Soviet karena pandangan-pandangan politiknya. Pada tahun 1991, dia ditunjuk sebagai presiden Georgia, namun digulingkan oleh kelompok nasionallis lainnya tujuh bulan kemudian.


Gamsakhurdia menghabiskan waktu beberapa bulan bersembunyi dalam sebuah bunker sambil mencoba mencari suaka politik dari negara-negara tetangga. Permintaan Gamsakhurdia ditolak oleh semua pihak kecuali pemimpin nasionalis Chechnya, Dzhokhar Dudayev, dan pindah ke Chechnya bersama keluarganya pada tahun 1992. tahun 1993, Gamsakhurdia kembali ke Georgia dan memulai perang sipil untuk merebut kembali kursi kepresidenan. Setelah sempat mengecap manisnya kemenangan dalam waktu singkat, pasukannya mengalami kekalahan dan Gamsakhurdia melarikan diri ke daerah pegunungan, yang menjadi pelarian terakhirnya karena ia tutup usia pada tanggal 31 Desember 1993. Versi resmi yang beredar di masyarakat menyebutkan bahwa Gamsakhurdia menembak diri dengan sebuah pistol, namun sebagian besar pendukungnya masih beranggapan bahwa dia dibunuh.


Jasad Gamsakhurdia awalnya dikuburkan di Georgia Barat, namun, atas permintaan pihak keluarga, jenazahnya digali kembali dan dikuburkan ulang di Chechnya. Makamnya rusak berat dalam kampanye pertama Chechen, jasad Gamsakhurdia kembali dikuburkan di lokasi rahasia ketika operasi kontra terorisme dimulai di Chechnya pada tahun 1999. Makam tersebut baru diketemukan pada tahun 2007, dan sisa jasad Gamsakhurdia diterbangkan ke Rusia untuk dipelajari oleh para pakar forensik guna membuktikan keasliannya. Sisa jasad tersebut kemudian diserahkan kepada otoritas Georgia, yang kemudian menguburkan (kembali) jasad Gamsakhurdia dalam sebuah upacara pemakaman khidmat di Tbilisi.


Kisah mengenai kematian Gamsakhurdia dan penguburan berulang-ulang memang menggugah keingintahuan seiring dengan keputusan untuk memulai kembali proses investigasi, namun kisah mengenai jalan Gamsakhurdia menuju kekuasaan mungkin lebih menarik, karena menunjukkan asentimen kebohongan pemimpin Georgia saat ini.


Popularitas Gamsakhurdia didasarkan pada nasionalisme radikal dan eksploitasi terhadap masalah nasional yang akut di Georgia, negara yang kecil namun multi etnis. Ia menunjukkan sikap yang bertentangan terhadap rezim Soviet, dan pada saat yang bersamaan ia mengemukakan gagasan untuk menentang penjajahan Rusia dan Georgia untuk rakyat Georgia. Pada tahun 1989, para pendukung Gamsakhurdia meluncurkan “barisan menuju Tskhinval” untuk mengendalikan Ossetia Selatan, karena republik tersebut tidak bersedia menjadi bagian dari Georgia merdeka. Gerakan tersebut, yang awalnya digembar-gemborkan sebagai gerakan damai, berujung pada bentrokan dengan milisi Ossetia Selatan dan pasukan Rusia, ditambah dengan pengepungan selama berbulan-bulan, dimana Georgia menghabisi puluhan warga Ossetia dan melukai lebih banyak lainnya.


Slogan yang diumumkan oleh pemerintah Georgia saat ini dan Presiden Mikhail Saakashvili mirip dengan yang dulu dipergunakan oleh kaum nasionalis yang dipimpin oleh Gamsakhurdia. Meski demikian, presiden pertama Georgia tersebut masih tetap merupakan sosok yang populer, khususnya di Georgia barat, dan memanfaatkan nama besarnya bisa mempersatukan masyarakat Georgia yang terbelah.


Yang menjadi pertanyaan adalah apakah benar bagi sebuah rezim pro Barat yang menyebut diri sebagai pemerintah liberal dan demokratis untuk mempergunakan tokoh nasional yang sudah meninggal untuk memompa semangat. Pertanyaan lainnya adalah pemilihan Gamsakhurdia yang sudah lama meninggal, bukannya tokoh-tokoh Georgia yang lebih “baru” dengan kematian yang lebih misterius sesaat setelah Mikhail Saakashvili berkuasa. Misalnya saja kasus Perdana Menteri Georgia, Zurab Zhvaniya, yang meninggal pada bulan Februari 2005. Versi resmi menyebutkan bahwa kematiannya diakibatkan oleh keracunan karbon monoksida karena kerusakan mesin pemanas ruangan. Namun, hasil investigasi resminya kontroversial, dan kubu oposisi kemudian mulai mengklaim bahwa Zhvaniya dibunuh, dan Saakashvili turut terlibat di dalamnya. (dn/rt) www.suaramedia.com









Artikel Terkait

- Reviewer: Asih - ItemReviewed: Putra Presiden Pertama Georgia Adalah Mata-Mata Rusia? Deskripsi: TBILISI (SuaraMedia News) – Otoritas Georgia menuding putra kedua dari presiden pertama Georgia, Zviad Gamsakhurdia, dengan tudu... Rating: 4.5
◄ Newer Post Older Post ►